Senin, 19 Desember 2016

Gempa Bumi di Nangroe Aceh Darussalam

Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Indonesia kembali berduka, pada hari Rabu tanggal 7 Desember 2016 yang lalu gempa bumi kembali mengguncang negeri ini, Nangroe Aceh Darussalam, tepatnya di kabupaten Pidie Jaya yang mengalami kerusakan paling hebat. Gempa tersebut memporak-porandakan berbagai bangunan, sendi-sendi kehidupan dan perekonomian, berbagai infrastruktur hancur luluh lantak diakibatkan oleh gempa yang berkekuatan 6,5 skala richter tersebut.

Sungguh suatu cobaan yang berat bagi saudara kita di Aceh, setelah beberapa kali mengalami kejadian serupa bahkan yang terbesar terjadi pada akhir tahun 2004 lalu yang mengakibatkan terjadinya gelombang Tsunami, sehingga berakibat pada rusak parahnya seluruh infrastruktur di sebagian besar Aceh, ribuan jiwa melayang dan tak terhitung kerugian harta benda.

Sedih memang, membayangkan betapa Aceh yang sudah mengalami berbagai musibah demi musibah, yang sepertinya tak kunjung usai, kali ini harus kembali mengalami musibah yang serupa yang mengakibatkan kondisi bangunan di beberapa tempat rusak parah, lebih dari 100 orang dinyatakan meninggal dunia dan sebagian lainnya kehilangan anggota keluarga.

Hadirin rahimakumullah,
Mengapa harus Aceh, demikian pertanyaan yang mungkin timbul di sebagian benak kita. Mengapa harus negeri yang dijuliki dengan serambi Mekkah itu yang harus menerima musibah demi musibah secara bertubi-tubi. Mengapa tidak di tempat lain yang menurut kita terlalu banyak manusia-manusianya yang berbuat maksiat, durhaka dan lebih durjana dari sebuah negeri yang relatif lebih menjaga kesucian dan kemurnian kitab suci, bahkan keinginan mereka untuk menjadikan Aceh sebagai sebuah negeri yang menggunakan al-Quran menjadi satu-satunya pedoman dan dasar hukum tertinggi untuk memutuskan segala perkara. Mengapa harus Aceh yang mengalami musibah demi musibah, sehingga terkesan seolah belum selesai mereka membangun sebuah peradaban, mereka harus menerima kenyataan bahwa peradaban mereka harus dihancurkan kembali, membangun kembali dan hancur lagi, demikian seterusnya.

Sungguh ironi dengan kondisi masyarakat Aceh yang santri, yang menjunjung tinggi kitab suci, harus mengalami cobaan demi cobaan yang tak kunjung henti. Namun Allah tentu saja memiliki rahasia yang tak satupun kita dapat menyelidiki dan mendalaminya, serta hikmah apa yang terkandung di balik kejadian demi kejadian itu, tapi tentu saja ada keinginan terbaik di sisi Allah yang kelak akan dipersembahkan buat hamba-hamba-Nya yang sabar dalam menerima cobaan yang diberikan oleh-Nya.

Hadirin rahimakumullah,
Kita menyadari betapa sangat kerdilnya diri kita di hadapan Sang Pencipta, betapa sangat tidak berdayanya kita manakala sebuah bencana mengancam kita. Itulah sebabnya kita diharuskan untuk selalu memohon dan terus memohon agar dihindarkan dari segala bencana, karena hanya Allah-lah tempat kita untuk memohon dan berharap perlindungan.

Musibah memang kerap mendatangi kita tanpa terkecuali, baik yang besar yang memporak-porandakan sendi kehidupan dan perekonomian kita, maupun yang berskala kecil yang tak urung membuat kita repot dan menghambat berbagai kegiatan keseharian kita. Namun musibah di sisi lain menjadikan kita yang tertimpa bencana menjadi lebih dewasa dalam mensikapi berbagai kendala serta menjadikan kita yang tidak terkena dampak dari bencana tersebut akan lebih peka terhadap saudara-saudara kita, di situlah kita merasa memiliki dan merasa berkewajiban untuk membantu kesulitan mereka dengan berbagai upaya, kita adalah mereka dan mereka adalah kita.

Duka yang mereka alami tak jarang membuat kita juga merasa sedih dan meneteskan air mata, begitupun sebaliknya. Ketika kita yang mendapatkan musibah sudah pasti merekalah yang akan merasa bahwa mereka yang sesungguhnya adalah bagian dari kita akan turut merasakan kesedihan.

Gempa Aceh kali ini merupakan peringatan bagi kita, bahwa cobaan akan selalu datang silih berganti, dengan sombongnya menghantam ketidakberdayaan kita, dengan angkuhnya hadir di tengah-tengah keceriaan dan mengusik kebahagiaan kerohanian kita, dan dengan ini kita diharapkan agar selalu waspada dan sebisa mungkin menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya bencana. Bukankah Allah SWT telah berfirman:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
(QS. 8/Al-Anfal: 25)

Artinya, sebagai manusia kita berkewajiban untuk tetap waspada serta mencegah setidaknya mengingatkan para pelaku-pelaku maksiat untuk berbuat aniaya, karena boleh jadi kejahatan apa saja yang mereka lakukan akan berimbas pada keselamatan dan keamanan kita semua. Boleh jadi dari tangan-tangan merekalah Allah menimpakan azab di muka bumi ini, sehingga azab tersebut bukan hanya menimpa mereka, melainkan juga menimpa sebagian dari orang-orang baik di antara kita.

Hadirin rahimakumullah,
Dalam mensikapi keadaan yang mencekam ini, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh saudara-saudara kita di Aceh selain bersabar serta berdo’a memohon kiranya Allah berkenan untuk segera mendatangkan bantuan dan limpahan rahmat-Nya, dan tentu saja untuk bersegera memperbaiki infrastruktur dan perekonomian yang porak poranda di negeri ini.
Firman Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS. 2/al-Baqarah: 153)

Untuk sahabat, kerabat, keluarga dan saudara-saudara kita di Nangroe Aceh Darussalam, kita semua bersedih, kita berduka atas duka mereka, kita semua prihatin atas cobaan yang mendera mereka, kita pun turut merasakan penderitaan yang mereka alami, kita berharap mereka tidak merasa sendiri, kita berharap mereka tidak merasa dibiarkan, kita akan mencoba membantu sebisanya, baik bantuan moril maupun materil.

Hanya do’a yang bisa kami persembahkan buat sahabat dan saudara-saudara kami, karena kami tau kekuatan do’a adalah senjata paling ampuh untuk meringankan penderitaan kalian.

Duhai sahabat, andai kami bisa, kamipun akan mencoba mengulurkan tangan untuk menyeka peluh dan darah yang keluar dari tubuhmu, kami akan mencoba untuk memeluk erat tubuhmu sebagai ungkapan betapa kami sangat menyayangi kalian.

Kami ingin merasakan betapa sangat sedih dan pilunya keadaan kalian pada saat ini, namun tak banyak yang bisa kami perbuat. Kami hanya mampu mendengar dan menyaksikan dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hati kami, tanpa kami mampu untuk berbuat lebih banyak lagi.

Kami berharap cobaan kali ini adalah cobaan yang terakhir yang kalian alami, kiranya Allah Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan mengabulkan do’a dan keinginan kami dan keinginan kalian untuk dapat hidup lebih aman dan tanpa rasa mencekam di lubuk hati.

Saudaraku kaum muslimin rahimakumullah,
Kesabaran dan do’a, itulah yang bisa diandalkan untuk saat-saat seperti ini, tidak ada kekuatan yang melebihi keduanya. Bila kita bersabar dengan keadaan ini maka kita akan dicatat oleh Allah sebagai manusia yang memiliki keimanan yang sempurna, keimanan yang tidak pernah ada dalam diri manusia melainkan orang-orang pilihan, keimanan yang hanya akan ada pada manusia yang memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Sang Pencipta, tanpa berani menolak segala bentuk qadha dan qadar-Nya, itulah yang termasuk dalam salah satu rukun iman yang kita yakini selama ini, tanpa ada keraguan sedikitpun.

Saudaraku, tidak ada seorang manusia pun yang rela menderita, namun apabila penderitaan itu disebabkan oleh adanya keinginan Allah SWT untuk menguji keimanan kita, maka sudah seharusnya kita pasrah dan berserah diri dalam menghadapi cobaan tersebut, mudah-mudahan Allah SWT berkenan memasukkan kita, khususnya saudara-saudara kita di Nangroe Aceh Darussalam, ke dalam golongan hamba-hamba Allah yang ridha dan diridhai serta dijanjikan Allah menjadi golongan manusia-manusia yang tulus sebagai penghuni-penghuni surga, dan kiranya Allah berkenan segera mengganti kerugian yang mereka alami di dunia, dan segera mendapatkan kabar gembira untuk kebahagiaan mereka di alam akhirat, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin…
 إن أحسن الكلام و أبين النظام كلام الله الملك

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”

أُولَـٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS.2/al-Baqarah: 155-157).


بارك الله لي و لكم في القران


[Oleh: Adi Kusuma, disampaikan pada khutbah Jum'at di masjid Baitul Makmur, tanggal 16 Desember 2016].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar