Kamis, 14 Juli 2016

Tanda-tanda Orang Bertaqwa


Jema’ah Jum’at rahimakumullah,


Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat hidayah-Nya kita dapat berkumpul di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah shalat jumat beserta rangkaian ibadah-ibadah lainnya. Selanjutnya shalawat serta salam: ”Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala alihi waashabihi ajma’in” semoga senantiasa tercurah atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan kerabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman.

Selanjutnya selaku khatib pada hari ini saya mengajak jemaah sekalian tanpa terkecuali termasuk diri saya sendiri, marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dalam arti kita melaksanakan segala perintah-Nya dan pada saat yang sama kita menjauhi larangan-Nya.

Hadirin yang berbahagia,
Dalam QS.49. al-Hujurat: 13, Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS.49. al-Hujurat: 13)

Ayat di atas menjelaskan tentang kriteria manusia yang mulia di sisi Allah, tidak dilihat dari parasnya, suku dan bangsanya, tidak dilihat dari kekayaannya, bukan pula dipandang dari pangkat dan jabatannya, tapi manusia yang mulia di sisi Allah adalah manusia yang memiliki integritas yang tinggi terhadap ketaqwaan kepada Allah SWT.

Selanjutnya kita mungkin bertanya, bagaimanakah ciri-ciri atau tanda-tanda orang yang bertaqwa itu?
Mari kita perhatikan firman Allah dalam QS.2. al-Baqarah: 2-4
ذَ‌ٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ ﴿٤﴾

(2) Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (3) (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (4) dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS.2. al-Baqarah: 2-4)

Berdasarkan ayat di atas, setidaknya ada lima tanda-tanda orang yang bertaqwa kepada Allah SWT, hal ini akan saya jabarkan secara singkat sebagai berikut:

Pertama: Beriman kepada yang gaib.
Secara istilah, yang dimaksud gaib ialah sesuatu yang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi, ada sekian banyak hal yang tidak mungkin diketahui oleh manusia dalam kehidupan ini, tentang hari kiamat dan tentang kematian, misalnya. Al-Quran mengungkap banyak ragam hal gaib, di antaranya kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia, karena masa berlakunya telah berlalu demikian lama, dan mengungkap pula peristiwa masa kini atau masa depan yang belum terungkap ataupun yang sudah terungkap dan diketahui manusia.
Termasuk hal yang gaib adalah eksistensi Allah, malaikat, jin, setan, hakikat ruh, surga, neraka, padang mahsyar, hari pembalasan dan lain sebagainya, kesemuanya itu apabila diimani dan diyakini oleh manusia maka itu merupakan salah satu ciri manusia bertaqwa. Apakah cukup hanya sekedar mengimani dan meyakini saja? Tentu saja tidak, manakala kita meyakini hal-hal di atas, maka harus diikuti dengan sikap khawatir, khawatir bila berbuat salah, maksiat dan melakukan dosa, khawatir karena meyakini tidak ada yang bisa lolos dari yaumul hisab, khawatir karena tidak ada sekecil debu pun kesalahan yang luput dari pandangan Allah SWT, dan bermacam kekhawatiran lain yang pada gilirannya akan membuat diri kita ekstra hati-hati dalam bertindak di permukaan bumi ini. Sikap semacam inilah yang akan mengantarkan kita pada ketaqwaan kepada Allah SWT.

Kedua: Mendirikan shalat.
Yang dimaksud mendirikan shalat di sini adalah melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam shalat tersebut dalam kehidupan sehari-hari, adapun nilai-nilai yang terkandung dalam shalat tersebut di antaranya: jujur, disiplin, istiqamah, bersikap tenang, tawadhu`, selalu ingat kepada Allah, dan lain-lain, yang kesemuanya dimanifestasikan dalam sikap dan perilaku dari setiap sisi kehidupan. Sikap-sikap tersebut yang akan membentuk pribadi muslim menjadi pribadi yang terhindar dari perbuatan keji dan munkar. Jujur dalam semua tindakan, adil dalam memutuskan perkara, jujur dalam transaksi perniagaan dsb, disiplin dalam pekerjaan, menghargai waktu dsb, istiqamah, tenang dan tawadhu` dalam menghadapi berbagai persoalan, selalu ingat dan takut akan ancaman Allah, takut berbuat maksiat, berjudi, berzina, mabuk, mencuri, korupsi, manipulasi, konspirasi, bersekutu dalam berbuat maksiat, serta berbagai tindakan maksiat baik yang kecil maupun yang besar yang kesemuanya berujung pada murka Allah Azza wa Jalla, na’udzubillah. Bila shalat telah didirikan dengan sempurna, maka kita pun akan mendapatkan ridha Allah SWT, dan tentu saja pada gilirannya akan dianugerahi oleh Allah dengan predikat takwa.

Ketiga: Menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan Allah
Artinya ialah orang yang bertaqwa itu senantiasa bersedekah, berinfaq, wakaf, menunaikan zakat, serta senantiasa menafkahkan hartanya di jalan Allah, dengan senang hati membantu fakir miskin, orang-orang terlantar, anak yatim dan menolong siapa saja yang berada dalam kesulitan. Bersedekah di waktu lapang dan sempit, baik dalam kesenangan maupun sedang dalam kesulitan. Allah menginginkan keikhlasan, bukan jumlah nominal yang kita infakkan, berapa pun kecilnya yang kita berikan akan bernilai ibadah di sisi Allah asal dilakukan dengan tulus dan ikhlas, dan betapapun besarnya yang kita keluarkan apabila dilakukan untuk mendapatkan pujian, ingin dihormati dan diakui sebagai orang yang kaya lagi dermawan, maka akan sia-sialah segala yang kita amalkan. Sekali lagi, Allah tidak melihat nilainya dari apa yang kita sumbangkan tapi Allah melihat ketulusan dan keikhlasan dari apa yang kita infakkan tersebut.

Keempat: beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah.
Hadirin yang berbahagia, kitab-kitab yang diturunkan Allah bukan hanya al-Quran, tapi dari al-Quran-lah kita mengetahui dan mengimani bahwa terdapat kitab selain al-Quran yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-rasul-Nya sebelum nabi yang mulia Muhammad SAW. Mengimani kitab-kitab sebelum al-Quran bukan berarti meyakini bahwa semua yang terkandung dalam kitab terdahulu adalah sesuatu yang semuanya benar, mengingat lebih sebagian isi dari kitab-kitab dimaksud sudah dimanipulasi oleh kepentingan berbagai oknum sehingga kebenaran dari kitab tersebut sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Sementara al-Quran diturunkan oleh Allah SWT dengan disertai jaminan garansi kemurnian seumur hidup, hingga hari kiamat. Garansi tersebut diabadikan oleh Allah dalam kitab itu sendiri sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS.15. al-Hijr: 9)

Hadirin yang berbahagia,
Kitab al-Quran yang kita baca sekarang ini, kita yakini dengan sepenuh hati, tidak ada keraguan sedikitpun dari padanya bahwa kitab tersebut benar-benar murni tanpa ada penambahan dan atau pengurangan satu huruf pun, dan tidak berbeda sedikitpun apa yang kita baca dari kitab al-Quran ini dengan apa yang pernah dibaca oleh nabi kita yang mulia Muhammad SAW dan para sahabatnya pada masa diturunkannya kitab ini.
Tentu saja bukan di sini tempatnya untuk membahas secara keseluruhan kitab yang penuh dengan kemukjizatan ini, namun sedikit saya sampaikan bahwa salah satu mukjizat dari al-Quran ini adalah bahwasanya kitab ini dihafalkan oleh jutaan manusia, dan tidak ada satu kitab sucipun yang isinya dihafalkan oleh jutaan ummat, bacaannya dimusabaqahkan, ilmu tentang cara membaca, tajwid, makharijul huruf, tafsir, asbabun nuzul, serta berbagai disiplin ilmu lain yang akan dan terus berkembang seputar keberadaan kitab suci ini. Inilah kiranya yang semakin menguatkan keyakinan kita akan kebenaran dari kitab suci al-Quran ini.

Kelima: Meyakini adanya hari akhirat.
Hadirin yang berbahagia,
Hidup di dunia ini ibarat tempat merantau dan kampung akhirat adalah sebenar-benarnya tempat kembali, inilah yang seharusnya kita yakini. Meyakini bukan berarti hanya percaya bahwa kita pasti kembali ke alam akhirat, tapi lebih dari itu keyakinan kita harus didasari dengan sikap yang sesuai dengan keyakinan tersebut. Bila kita meyakini adanya hari akhirat, maka seharusnya sikap kita dalam berbuat dan tidak berbuat di alam dunia ini haruslah menunjukkan bahwa kita takut menghadapi berbagai konsekwensi di alam akhirat tersebut. Segala perbuatan di alam dunia ini, sekecil apa pun perbuatan buruk yang kita lakukan, pasti akan dipertanggungjawabkan di alam akhirat, jangankan korupsi, pencuri sendal pun akan dimintai pertanggungjawaban, jangankan pelaku zina, pandangan mata yang mengandung sahwat pun akan menerima hukuman. Konkritnya alam akhirat adalah tempat mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama hidup di dunia. Bila perbuatan buruk akan dibalasi dengan hukuman demikian pula perbuatan baik, sekecil apa pun akan dibalasi dengan kebaikan.

Hadirin yang berbahagia,
Inilah yang bisa saya sampaikan dalam khutbah ringkas ini dengan kesimpulan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa setidaknya ada 5 sebagaimana disebutkan oleh al-Quran:
1.     Percaya kepada yang ghaib
2.     Mendirikan shalat
3.     Menafkahkan sebagian rezeki yang dianugerahkan Allah
4.     Beriman kepada kitab al-Quran dan kitab-kitab terdahulu
5.     Meyakini adanya hari akhirat.
Mudah-mudahan kita dapat menjalankan 5 perkara di atas, sehingga pada gilirannya kita akan mendapatkan predikat taqwa dari Allah SWT, karena sesungguhnya tidak ada yang dipandang oleh Allah dari eksistensi manusia itu selain ketaqwaannya kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang sudah saya bacakan di atas:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.

Semoga khutbah singkat ini akan menjadi manfaat bagi kita semua, terutama bagi diri saya sendiri dalam menjalani kehidupan di alam dunia yang sementara ini, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin…

[Oleh: Adi Kusuma, disampaikan pada khutbah Jumat, 22 Juli 2016, di masjid Baitul Makmur, KM 6 Sukajaya Palembang].