Jema’ah Jum’at
rahimakumullah,
Puji syukur kita
panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat hidayah-Nya kita
dapat berkumpul di masjid yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah shalat jumat
beserta rangkaian ibadah-ibadah lainnya. Selanjutnya shalawat serta salam: ”Allahumma shalli ala
sayyidina Muhammad wa ala alihi waashabihi ajma’in” semoga senantiasa tercurah
atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan kerabatnya serta
pengikutnya hingga akhir zaman.
Selanjutnya selaku
khatib pada hari ini saya mengajak jemaah sekalian tanpa terkecuali termasuk
diri saya sendiri, marilah kita meningkatkan taqwa kita kepada Allah SWT dalam
arti kita melaksanakan segala perintah-Nya dan pada saat yang sama kita
menjauhi larangan-Nya.
Hadirin yang
berbahagia,
Dalam QS.49. al-Hujurat: 13, Allah berfirman:
يَا
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ
شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ
اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS.49. al-Hujurat: 13)
Ayat di atas
menjelaskan tentang kriteria manusia yang mulia di sisi Allah, tidak dilihat dari
parasnya, suku dan bangsanya, tidak dilihat dari kekayaannya, bukan pula
dipandang dari pangkat dan jabatannya, tapi manusia yang mulia di sisi Allah
adalah manusia yang memiliki integritas yang tinggi terhadap ketaqwaan kepada
Allah SWT.
Selanjutnya kita
mungkin bertanya, bagaimanakah ciri-ciri atau tanda-tanda orang yang bertaqwa
itu?
Mari kita perhatikan
firman Allah dalam QS.2. al-Baqarah: 2-4
ذَٰلِكَ
الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾
الَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ
يُنفِقُونَ ﴿٣﴾
وَالَّذِينَ
يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ
هُمْ يُوقِنُونَ ﴿٤﴾
“(2) Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa, (3)
(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan
menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, (4) dan mereka yang beriman
kepada Kitab (Al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang
telah diturunkan sebelummu serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” (QS.2. al-Baqarah: 2-4)
Berdasarkan ayat di
atas, setidaknya ada lima tanda-tanda orang yang bertaqwa kepada Allah SWT, hal
ini akan saya jabarkan secara singkat sebagai berikut:
Pertama: Beriman kepada
yang gaib.
Secara istilah, yang dimaksud
gaib ialah sesuatu yang tidak diketahui, tidak nyata atau tersembunyi, ada
sekian banyak hal yang tidak mungkin diketahui oleh manusia dalam kehidupan
ini, tentang hari kiamat dan tentang kematian, misalnya. Al-Quran mengungkap
banyak ragam hal gaib, di antaranya kejadian masa lampau yang tidak diketahui
lagi oleh manusia, karena masa berlakunya telah berlalu demikian lama, dan
mengungkap pula peristiwa masa kini atau masa depan yang belum terungkap
ataupun yang sudah terungkap dan diketahui manusia.
Termasuk hal yang gaib
adalah eksistensi Allah, malaikat, jin, setan, hakikat ruh, surga, neraka,
padang mahsyar, hari pembalasan dan lain sebagainya, kesemuanya itu apabila
diimani dan diyakini oleh manusia maka itu merupakan salah satu ciri manusia
bertaqwa. Apakah cukup hanya sekedar mengimani dan meyakini saja? Tentu saja
tidak, manakala kita meyakini hal-hal di atas, maka harus diikuti dengan sikap
khawatir, khawatir bila berbuat salah, maksiat dan melakukan dosa, khawatir karena
meyakini tidak ada yang bisa lolos dari yaumul hisab, khawatir karena tidak ada
sekecil debu pun kesalahan yang luput dari pandangan Allah SWT, dan bermacam
kekhawatiran lain yang pada gilirannya akan membuat diri kita ekstra hati-hati
dalam bertindak di permukaan bumi ini. Sikap semacam inilah yang akan
mengantarkan kita pada ketaqwaan kepada Allah SWT.
Kedua: Mendirikan
shalat.
Yang dimaksud
mendirikan shalat di sini adalah melaksanakan shalat dengan sebaik-baiknya
serta mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam shalat tersebut dalam
kehidupan sehari-hari, adapun nilai-nilai yang terkandung dalam shalat tersebut
di antaranya: jujur, disiplin, istiqamah, bersikap tenang, tawadhu`, selalu
ingat kepada Allah, dan lain-lain, yang kesemuanya dimanifestasikan dalam sikap
dan perilaku dari setiap sisi kehidupan. Sikap-sikap tersebut yang akan
membentuk pribadi muslim menjadi pribadi yang terhindar dari perbuatan keji dan
munkar. Jujur dalam semua tindakan, adil dalam memutuskan perkara, jujur dalam
transaksi perniagaan dsb, disiplin dalam pekerjaan, menghargai waktu dsb,
istiqamah, tenang dan tawadhu` dalam menghadapi berbagai persoalan, selalu
ingat dan takut akan ancaman Allah, takut berbuat maksiat, berjudi, berzina,
mabuk, mencuri, korupsi, manipulasi, konspirasi, bersekutu dalam berbuat
maksiat, serta berbagai tindakan maksiat baik yang kecil maupun yang besar yang
kesemuanya berujung pada murka Allah Azza wa Jalla, na’udzubillah. Bila shalat telah
didirikan dengan sempurna, maka kita pun akan mendapatkan ridha Allah SWT, dan
tentu saja pada gilirannya akan dianugerahi oleh Allah dengan predikat takwa.
Ketiga: Menafkahkan
sebagian rezeki yang dianugerahkan Allah
Artinya ialah orang
yang bertaqwa itu senantiasa bersedekah, berinfaq, wakaf, menunaikan zakat,
serta senantiasa menafkahkan hartanya di jalan Allah, dengan senang hati
membantu fakir miskin, orang-orang terlantar, anak yatim dan menolong siapa
saja yang berada dalam kesulitan. Bersedekah di waktu lapang dan sempit, baik
dalam kesenangan maupun sedang dalam kesulitan. Allah menginginkan keikhlasan,
bukan jumlah nominal yang kita infakkan, berapa pun kecilnya yang kita berikan
akan bernilai ibadah di sisi Allah asal dilakukan dengan tulus dan ikhlas, dan
betapapun besarnya yang kita keluarkan apabila dilakukan untuk mendapatkan
pujian, ingin dihormati dan diakui sebagai orang yang kaya lagi dermawan, maka
akan sia-sialah segala yang kita amalkan. Sekali lagi, Allah tidak melihat
nilainya dari apa yang kita sumbangkan tapi Allah melihat ketulusan dan
keikhlasan dari apa yang kita infakkan tersebut.
Keempat: beriman kepada
kitab-kitab yang diturunkan Allah.
Hadirin yang berbahagia, kitab-kitab yang diturunkan Allah bukan hanya
al-Quran, tapi dari al-Quran-lah kita mengetahui dan mengimani bahwa terdapat kitab
selain al-Quran yang diturunkan oleh Allah kepada rasul-rasul-Nya sebelum nabi
yang mulia Muhammad SAW. Mengimani kitab-kitab sebelum al-Quran bukan berarti
meyakini bahwa semua yang terkandung dalam kitab terdahulu adalah sesuatu yang semuanya
benar, mengingat lebih sebagian isi dari kitab-kitab dimaksud sudah
dimanipulasi oleh kepentingan berbagai oknum sehingga kebenaran dari kitab
tersebut sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Sementara al-Quran diturunkan
oleh Allah SWT dengan disertai jaminan garansi kemurnian seumur hidup, hingga
hari kiamat. Garansi tersebut diabadikan oleh Allah dalam kitab itu sendiri
sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا نَحْنُ
نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya
Kami benar-benar memeliharanya.” (QS.15. al-Hijr: 9)
Hadirin yang
berbahagia,
Kitab al-Quran yang
kita baca sekarang ini, kita yakini dengan sepenuh hati, tidak ada keraguan
sedikitpun dari padanya bahwa kitab tersebut benar-benar murni tanpa ada
penambahan dan atau pengurangan satu huruf pun, dan tidak berbeda sedikitpun apa
yang kita baca dari kitab al-Quran ini dengan apa yang pernah dibaca oleh nabi
kita yang mulia Muhammad SAW dan para sahabatnya pada masa diturunkannya kitab
ini.
Tentu saja bukan di
sini tempatnya untuk membahas secara keseluruhan kitab yang penuh dengan
kemukjizatan ini, namun sedikit saya sampaikan bahwa salah satu mukjizat dari
al-Quran ini adalah bahwasanya kitab ini dihafalkan oleh jutaan manusia, dan
tidak ada satu kitab sucipun yang isinya dihafalkan oleh jutaan ummat,
bacaannya dimusabaqahkan, ilmu tentang cara membaca, tajwid, makharijul huruf,
tafsir, asbabun nuzul, serta berbagai disiplin ilmu lain yang akan dan terus
berkembang seputar keberadaan kitab suci ini. Inilah kiranya yang semakin
menguatkan keyakinan kita akan kebenaran dari kitab suci al-Quran ini.
Kelima: Meyakini adanya
hari akhirat.
Hadirin yang
berbahagia,
Hidup di dunia ini
ibarat tempat merantau dan kampung akhirat adalah sebenar-benarnya tempat
kembali, inilah yang seharusnya kita yakini. Meyakini bukan berarti hanya
percaya bahwa kita pasti kembali ke alam akhirat, tapi lebih dari itu keyakinan
kita harus didasari dengan sikap yang sesuai dengan keyakinan tersebut. Bila kita
meyakini adanya hari akhirat, maka seharusnya sikap kita dalam berbuat dan
tidak berbuat di alam dunia ini haruslah menunjukkan bahwa kita takut
menghadapi berbagai konsekwensi di alam akhirat tersebut. Segala perbuatan di
alam dunia ini, sekecil apa pun perbuatan buruk yang kita lakukan, pasti akan
dipertanggungjawabkan di alam akhirat, jangankan korupsi, pencuri sendal pun
akan dimintai pertanggungjawaban, jangankan pelaku zina, pandangan mata yang
mengandung sahwat pun akan menerima hukuman. Konkritnya alam akhirat adalah
tempat mempertanggungjawabkan segala perbuatan selama hidup di dunia. Bila perbuatan
buruk akan dibalasi dengan hukuman demikian pula perbuatan baik, sekecil apa
pun akan dibalasi dengan kebaikan.
Hadirin yang
berbahagia,
Inilah yang bisa saya
sampaikan dalam khutbah ringkas ini dengan kesimpulan bahwa ciri-ciri orang
bertaqwa setidaknya ada 5 sebagaimana disebutkan oleh al-Quran:
1.
Percaya kepada yang ghaib
2.
Mendirikan shalat
3.
Menafkahkan sebagian rezeki yang
dianugerahkan Allah
4.
Beriman kepada kitab al-Quran dan
kitab-kitab terdahulu
5.
Meyakini adanya hari akhirat.
Mudah-mudahan kita dapat menjalankan 5 perkara di atas, sehingga pada
gilirannya kita akan mendapatkan predikat taqwa dari Allah SWT, karena
sesungguhnya tidak ada yang dipandang oleh Allah dari eksistensi manusia itu
selain ketaqwaannya kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang sudah saya
bacakan di atas:
إِنَّ
أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa di antara kamu.”
Semoga khutbah singkat ini akan menjadi manfaat bagi kita
semua, terutama bagi diri saya sendiri dalam menjalani kehidupan di alam dunia
yang sementara ini, aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin…
[Oleh: Adi Kusuma,
disampaikan pada khutbah Jumat, 22 Juli 2016,
di masjid Baitul Makmur, KM 6 Sukajaya Palembang].