Hadirin sidang jumat rahimakumullah,
Indonesia kembali
berduka, pada hari Rabu tanggal 7 Desember 2016 yang lalu gempa bumi kembali
mengguncang negeri ini, Nangroe Aceh Darussalam, tepatnya di kabupaten Pidie
Jaya yang mengalami kerusakan paling hebat. Gempa tersebut memporak-porandakan
berbagai bangunan, sendi-sendi kehidupan dan perekonomian, berbagai
infrastruktur hancur luluh lantak diakibatkan oleh gempa yang berkekuatan 6,5
skala richter tersebut.
Sungguh
suatu cobaan yang berat bagi saudara kita di Aceh, setelah beberapa kali
mengalami kejadian serupa bahkan yang terbesar terjadi pada akhir tahun 2004 lalu
yang mengakibatkan terjadinya gelombang Tsunami, sehingga berakibat pada rusak
parahnya seluruh infrastruktur di sebagian besar Aceh, ribuan jiwa melayang dan
tak terhitung kerugian harta benda.
Sedih
memang, membayangkan betapa Aceh yang sudah mengalami berbagai musibah demi
musibah, yang sepertinya tak kunjung usai, kali ini harus kembali mengalami
musibah yang serupa yang mengakibatkan kondisi bangunan di beberapa tempat
rusak parah, lebih dari 100 orang dinyatakan meninggal dunia dan sebagian
lainnya kehilangan anggota keluarga.
Hadirin rahimakumullah,
Mengapa
harus Aceh, demikian pertanyaan yang mungkin timbul di sebagian benak kita. Mengapa
harus negeri yang dijuliki dengan serambi Mekkah itu yang harus menerima
musibah demi musibah secara bertubi-tubi. Mengapa tidak di tempat lain yang
menurut kita terlalu banyak manusia-manusianya yang berbuat maksiat, durhaka
dan lebih durjana dari sebuah negeri yang relatif lebih menjaga kesucian dan
kemurnian kitab suci, bahkan keinginan mereka untuk menjadikan Aceh sebagai sebuah
negeri yang menggunakan al-Quran menjadi satu-satunya pedoman dan dasar hukum
tertinggi untuk memutuskan segala perkara. Mengapa harus Aceh yang mengalami
musibah demi musibah, sehingga terkesan seolah belum selesai mereka membangun
sebuah peradaban, mereka harus menerima kenyataan bahwa peradaban mereka harus
dihancurkan kembali, membangun kembali dan hancur lagi, demikian seterusnya.
Sungguh
ironi dengan kondisi masyarakat Aceh yang santri, yang menjunjung tinggi kitab
suci, harus mengalami cobaan demi cobaan yang tak kunjung henti. Namun Allah
tentu saja memiliki rahasia yang tak satupun kita dapat menyelidiki dan mendalaminya,
serta hikmah apa yang terkandung di balik kejadian demi kejadian itu, tapi
tentu saja ada keinginan terbaik di sisi Allah yang kelak akan dipersembahkan
buat hamba-hamba-Nya yang sabar dalam menerima cobaan yang diberikan oleh-Nya.
Hadirin rahimakumullah,
Kita
menyadari betapa sangat kerdilnya diri kita di hadapan Sang Pencipta, betapa
sangat tidak berdayanya kita manakala sebuah bencana mengancam kita. Itulah
sebabnya kita diharuskan untuk selalu memohon dan terus memohon agar
dihindarkan dari segala bencana, karena hanya Allah-lah tempat kita untuk
memohon dan berharap perlindungan.
Musibah
memang kerap mendatangi kita tanpa terkecuali, baik yang besar yang
memporak-porandakan sendi kehidupan dan perekonomian kita, maupun yang berskala
kecil yang tak urung membuat kita repot dan menghambat berbagai kegiatan
keseharian kita. Namun musibah di sisi lain menjadikan kita yang tertimpa
bencana menjadi lebih dewasa dalam mensikapi berbagai kendala serta menjadikan
kita yang tidak terkena dampak dari bencana tersebut akan lebih peka terhadap
saudara-saudara kita, di situlah kita merasa memiliki dan merasa berkewajiban
untuk membantu kesulitan mereka dengan berbagai upaya, kita adalah mereka dan
mereka adalah kita.
Duka
yang mereka alami tak jarang membuat kita juga merasa sedih dan meneteskan air
mata, begitupun sebaliknya. Ketika kita yang mendapatkan musibah sudah pasti
merekalah yang akan merasa bahwa mereka yang sesungguhnya adalah bagian dari
kita akan turut merasakan kesedihan.
Gempa
Aceh kali ini merupakan peringatan bagi kita, bahwa cobaan akan selalu datang
silih berganti, dengan sombongnya menghantam ketidakberdayaan kita, dengan
angkuhnya hadir di tengah-tengah keceriaan dan mengusik kebahagiaan kerohanian
kita, dan dengan ini kita diharapkan agar selalu waspada dan sebisa mungkin
menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya bencana. Bukankah Allah
SWT telah berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا
مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا
أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“Dan peliharalah dirimu daripada siksaan
yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan
ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”
(QS. 8/Al-Anfal:
25)
Artinya,
sebagai manusia kita berkewajiban untuk tetap waspada serta mencegah setidaknya
mengingatkan para pelaku-pelaku maksiat untuk berbuat aniaya, karena boleh jadi
kejahatan apa saja yang mereka lakukan akan berimbas pada keselamatan dan
keamanan kita semua. Boleh jadi dari tangan-tangan merekalah Allah menimpakan
azab di muka bumi ini, sehingga azab tersebut bukan hanya menimpa mereka,
melainkan juga menimpa sebagian dari orang-orang baik di antara kita.
Hadirin
rahimakumullah,
Dalam
mensikapi keadaan yang mencekam ini, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh
saudara-saudara kita di Aceh selain bersabar serta berdo’a memohon kiranya
Allah berkenan untuk segera mendatangkan bantuan dan limpahan rahmat-Nya, dan
tentu saja untuk bersegera memperbaiki infrastruktur dan perekonomian yang
porak poranda di negeri ini.
Firman
Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ
وَالصَّلَاةِ ۚ إِنَّ
اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS.
2/al-Baqarah: 153)
Untuk
sahabat, kerabat, keluarga dan saudara-saudara kita di Nangroe Aceh Darussalam,
kita semua bersedih, kita berduka atas duka mereka, kita semua prihatin atas
cobaan yang mendera mereka, kita pun turut merasakan penderitaan yang mereka
alami, kita berharap mereka tidak merasa sendiri, kita berharap mereka tidak
merasa dibiarkan, kita akan mencoba membantu sebisanya, baik bantuan moril
maupun materil.
Hanya
do’a yang bisa kami persembahkan buat sahabat dan saudara-saudara kami, karena kami
tau kekuatan do’a adalah senjata paling ampuh untuk meringankan penderitaan
kalian.
Duhai
sahabat, andai kami bisa, kamipun akan mencoba mengulurkan tangan untuk menyeka
peluh dan darah yang keluar dari tubuhmu, kami akan mencoba untuk memeluk erat
tubuhmu sebagai ungkapan betapa kami sangat menyayangi kalian.
Kami
ingin merasakan betapa sangat sedih dan pilunya keadaan kalian pada saat ini,
namun tak banyak yang bisa kami perbuat. Kami hanya mampu mendengar dan menyaksikan
dengan berbagai perasaan yang berkecamuk di dalam hati kami, tanpa kami mampu untuk
berbuat lebih banyak lagi.
Kami
berharap cobaan kali ini adalah cobaan yang terakhir yang kalian alami, kiranya
Allah Tuhan Yang Maha Kuasa berkenan mengabulkan do’a dan keinginan kami dan
keinginan kalian untuk dapat hidup lebih aman dan tanpa rasa mencekam di lubuk
hati.
Saudaraku
kaum muslimin rahimakumullah,
Kesabaran
dan do’a, itulah yang bisa diandalkan untuk saat-saat seperti ini, tidak ada
kekuatan yang melebihi keduanya. Bila kita bersabar dengan keadaan ini maka kita
akan dicatat oleh Allah sebagai manusia yang memiliki keimanan yang sempurna,
keimanan yang tidak pernah ada dalam diri manusia melainkan orang-orang
pilihan, keimanan yang hanya akan ada pada manusia yang memiliki keyakinan yang
kokoh terhadap Sang Pencipta, tanpa berani menolak segala bentuk qadha dan
qadar-Nya, itulah yang termasuk dalam salah satu rukun iman yang kita yakini
selama ini, tanpa ada keraguan sedikitpun.
Saudaraku,
tidak ada seorang manusia pun yang rela menderita, namun apabila penderitaan
itu disebabkan oleh adanya keinginan Allah SWT untuk menguji keimanan kita,
maka sudah seharusnya kita pasrah dan berserah diri dalam menghadapi cobaan
tersebut, mudah-mudahan Allah SWT berkenan memasukkan kita, khususnya
saudara-saudara kita di Nangroe Aceh Darussalam, ke dalam golongan hamba-hamba
Allah yang ridha dan diridhai serta dijanjikan Allah menjadi golongan
manusia-manusia yang tulus sebagai penghuni-penghuni surga, dan kiranya Allah
berkenan segera mengganti kerugian yang mereka alami di dunia, dan segera
mendapatkan kabar gembira untuk kebahagiaan mereka di alam akhirat, aamiin yaa
Rabbal ‘aalamiin…
إن أحسن
الكلام و أبين النظام كلام الله الملك
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِّنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ
ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
“Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar,
(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
أُولَـٰئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن
رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمُ
الْمُهْتَدُونَ
“Mereka
itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(QS.2/al-Baqarah:
155-157).
بارك الله لي و لكم في القران
[Oleh:
Adi Kusuma, disampaikan pada khutbah Jum'at di masjid Baitul Makmur,
tanggal 16 Desember 2016].